Mengenai Saya

Foto saya
Tangerang, Banten, Indonesia
Mahasiswi dari Universitas Budi Luhur [Broadcast 10

Kamis, 12 April 2012

AS Lebih Memilih Kandidat Presiden dari Ikhwanul Muslimin? Mengapa?

Terjadi perubahan signifikan dalam konstelasi politik Mesir, setelah Khairat el-Shater, Wakil Sekjen Ikhawanul Muslimin mencalonkan dirinya dalam pemilu presiden 23 Mei mendatang. Sebagian analis justru menyebut Khairat el-Shater ini sebagai pemegang kebijakan politik Ikhwanul Muslimin. Sebelumnya tidak ada yang membayangkan Ikhwanul Muslimin akan mengajukan calonnya demi mempertahankan posisi politiknya di antara partai-partai politik dan menarik para penentangnya untuk bergabung dengannya seperti kelompok-kelompok sekular dan liberal. Karena mayoritas mereka lebih mendukung Amr Moussa dalam pilpres Mesir ini. Tapi berita Khairat el-Shater yang mencalonkan dirinya dalam pilpres Mesir mendatang mengindikasikan Ikhwanul Muslimin sejak awal memiliki opsi dan program yang disesuaikan dengan kenyataan politik yang terjadi di Mesir. Mereka sebenarnya tidak punya keinginan untuk bermanis-manis muka dengan partai-partai yang lain, lalu kehilangan kesempatan emas politiknya.

Sekaitan dengan hal aini, surat kabar Lebanon as-Safir menurunkan laporan bahwa dua partai al-Nour dan ad-Dawah yang berafiliasi pada kelompok Salafi ternyata mendukung penuh pencalonan Khairat el-Shater. Sesuai dengan laporan ini, kelompok Salafi tengah berusaha meyakinkan Hazem Salah Abu Ismail, calon mereka sebelumna yang telah menyatakan kesiapannya untuk ikut dalam pilpres Mesir, agar mengundurkan diri demi terpilihnya el-Shater.
 Masih terkait pencalonan Khairat el-Shater disebutkan bahwa ia memutuskan untuk mencalonkan dirinya sebagai kandidat presiden Mesir setelah bertemu dengan senator McCain dari kubu Republik dan setelah melakukan koordinasi dengan kekuatan-kekuatan regional dan internasional.

Pada saat yang sama, calon-calon dari partai Kebebasan dan Keadilan Mesir, partai politik Ikhwanul Muslimin mulai melakukan kampanye untuk Khairat el-Sahter dan mencari dukungan pelbagai media Mesir dan Arab. Sebagian pakar Mesir percaya bahwa el-Shater memiliki kemampuan untuk menyatukan kelompok Islam dan juga menciptakan sebuah kebangkitan politik yang memiliki ideologi Islam. Ia juga diprediksikan bakal meraih kesuksesan luar biasa di tengah masyarakat Mesir saat ini.

Sumber-sumber terpercaya di parlemen Mesir juga menyatakan bahwa sudah ada 106 anggota parlemen yang telah mulai melakukan kampanye untuk el-Shater. Sekaitan dengan hal ini, Ahmad Khalil, anggota parlemen dari Fraksi Partai al-Nour mengatakan, "Partai ad-Dawah dan al-Nour dari kelompok Salafi telah memutuskan untuk mendukung penuh el-Shater dan percaya ia mampu menciptakan kebangkitan Mesir yang komprehensif berdasarkan Islam."

Sementara itu, surat kabar New York Times menulis, setelah Hazem Abu Ismail, calon presiden dari kubu Salafi berhasil menarik simpati rakyat Mesir, Amerika sampai pada satu kesimpulan bahwa mereka harus puas dengan pencalonan seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin. Dengan alasan itu, AS akhirnya memberikan lampu hijau atas pencalonan Khairat el-Shater. Karena Hazem Abu Ismail bersikeras untuk membatalkan perjanjian Camp David dan menyebut Iran sebagai contoh satu-satunya negra di dunia yang independen dari Washington dan kebijakan politiknya.

Sesuai dengan laporan New York Times, el-Shater di hari-hari terakhir melakukan pertemuan dengan para pejabat tinggi Amerika di Departemen Dalam Negeri dan Kongres yang baru-baru saja melakukan lawatan ke Mesir. El-Shater juga tetap melakukan hubungan secara kontinyu dengan Anne W. Patterson, Duta Besar AS untuk Mesir. Para pejabat Amerika mengakui kecerdasan dan sikap moderat el-Shater. John McCain yang dikenal sebagai senator garis keras Republikan dalam pertemuannya dengan el-Shater menegaskan bahwa Washington tidak menentang pencalonan seorang tokoh dari Ikhwanul Muslimin.

Pada saat yang ada keyakinan bahwa militer Mesir sendiri tidak akan mampu menandingi el-Shater. Karena pertama, militer tidak memiliki tokoh karismatik yang dapat diandalkan menandingi el-Shater. Kedua, Jenderal Mohamed Hussein Tantawi bukan tokoh yang dicintai seperti Abdul Nasser yang mampu menumpas gerakan Ikhwanul Muslimin. Dan ketiga, pengaruh politik dan publik Ikhwanul Muslimin di tengah-tengah masyarakat Mesir sudah demikian mengakar dan meluas.

El-Shater baru-baru ini dalam kunjungannya ke negara-negara Teluk Persia mampu menarik dukungan mereka untuk membantu ekonomi Mesir, sekaligus meyakinkan mereka mendukungnya sebagai calon presiden Mesir. (IRIB Indonesia/SL)

Sumber :Iran Indonesian Radio

Tidak ada komentar:

Posting Komentar