AS Lebih Memilih Kandidat Presiden dari Ikhwanul Muslimin? Mengapa?
Terjadi perubahan signifikan dalam konstelasi politik Mesir,
setelah Khairat el-Shater, Wakil Sekjen Ikhawanul Muslimin mencalonkan dirinya
dalam pemilu presiden 23 Mei mendatang. Sebagian analis justru menyebut Khairat
el-Shater ini sebagai pemegang kebijakan politik Ikhwanul Muslimin. Sebelumnya
tidak ada yang membayangkan Ikhwanul Muslimin akan mengajukan calonnya demi
mempertahankan posisi politiknya di antara partai-partai politik dan menarik
para penentangnya untuk bergabung dengannya seperti kelompok-kelompok sekular
dan liberal. Karena mayoritas mereka lebih mendukung Amr Moussa dalam pilpres
Mesir ini. Tapi berita Khairat el-Shater yang mencalonkan dirinya dalam pilpres
Mesir mendatang mengindikasikan Ikhwanul Muslimin sejak awal memiliki opsi dan
program yang disesuaikan dengan kenyataan politik yang terjadi di Mesir. Mereka
sebenarnya tidak punya keinginan untuk bermanis-manis muka dengan partai-partai
yang lain, lalu kehilangan kesempatan emas politiknya.
Sekaitan
dengan hal aini, surat kabar Lebanon as-Safir menurunkan laporan bahwa dua
partai al-Nour dan ad-Dawah yang berafiliasi pada kelompok Salafi ternyata
mendukung penuh pencalonan Khairat el-Shater. Sesuai dengan laporan ini,
kelompok Salafi tengah berusaha meyakinkan Hazem Salah Abu Ismail, calon mereka
sebelumna yang telah menyatakan kesiapannya untuk ikut dalam pilpres Mesir,
agar mengundurkan diri demi terpilihnya el-Shater.
Masih terkait pencalonan Khairat el-Shater disebutkan bahwa
ia memutuskan untuk mencalonkan dirinya sebagai kandidat presiden Mesir setelah
bertemu dengan senator McCain dari kubu Republik dan setelah melakukan
koordinasi dengan kekuatan-kekuatan regional dan internasional.
Pada saat yang sama, calon-calon dari partai Kebebasan dan
Keadilan Mesir, partai politik Ikhwanul Muslimin mulai melakukan kampanye untuk
Khairat el-Sahter dan mencari dukungan pelbagai media Mesir dan Arab. Sebagian
pakar Mesir percaya bahwa el-Shater memiliki kemampuan untuk menyatukan
kelompok Islam dan juga menciptakan sebuah kebangkitan politik yang memiliki
ideologi Islam. Ia juga diprediksikan bakal meraih kesuksesan luar biasa di
tengah masyarakat Mesir saat ini.
Sumber-sumber terpercaya di parlemen Mesir juga menyatakan
bahwa sudah ada 106 anggota parlemen yang telah mulai melakukan kampanye untuk
el-Shater. Sekaitan dengan hal ini, Ahmad Khalil, anggota parlemen dari Fraksi
Partai al-Nour mengatakan, "Partai ad-Dawah dan al-Nour dari kelompok
Salafi telah memutuskan untuk mendukung penuh el-Shater dan percaya ia mampu
menciptakan kebangkitan Mesir yang komprehensif berdasarkan Islam."
Sementara itu, surat kabar New York Times menulis, setelah
Hazem Abu Ismail, calon presiden dari kubu Salafi berhasil menarik simpati
rakyat Mesir, Amerika sampai pada satu kesimpulan bahwa mereka harus puas
dengan pencalonan seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin. Dengan alasan itu, AS
akhirnya memberikan lampu hijau atas pencalonan Khairat el-Shater. Karena Hazem
Abu Ismail bersikeras untuk membatalkan perjanjian Camp David dan menyebut Iran
sebagai contoh satu-satunya negra di dunia yang independen dari Washington dan
kebijakan politiknya.
Sesuai dengan laporan New York Times, el-Shater di hari-hari
terakhir melakukan pertemuan dengan para pejabat tinggi Amerika di Departemen
Dalam Negeri dan Kongres yang baru-baru saja melakukan lawatan ke Mesir.
El-Shater juga tetap melakukan hubungan secara kontinyu dengan Anne W.
Patterson, Duta Besar AS untuk Mesir. Para pejabat Amerika mengakui kecerdasan
dan sikap moderat el-Shater. John McCain yang dikenal sebagai senator garis
keras Republikan dalam pertemuannya dengan el-Shater menegaskan bahwa
Washington tidak menentang pencalonan seorang tokoh dari Ikhwanul Muslimin.
Pada saat yang ada keyakinan bahwa militer Mesir sendiri
tidak akan mampu menandingi el-Shater. Karena pertama, militer tidak memiliki
tokoh karismatik yang dapat diandalkan menandingi el-Shater. Kedua, Jenderal
Mohamed Hussein Tantawi bukan tokoh yang dicintai seperti Abdul Nasser yang
mampu menumpas gerakan Ikhwanul Muslimin. Dan ketiga, pengaruh politik dan
publik Ikhwanul Muslimin di tengah-tengah masyarakat Mesir sudah demikian
mengakar dan meluas.
El-Shater baru-baru ini dalam kunjungannya ke negara-negara
Teluk Persia mampu menarik dukungan mereka untuk membantu ekonomi Mesir,
sekaligus meyakinkan mereka mendukungnya sebagai calon presiden Mesir. (IRIB
Indonesia/SL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar